Ketika
Kamis, 04 Oktober 2007
Aku , kertas putih yang salah tinta

Aku , hamparan langit yang suka akan kegelapan

Dan aku sebuah aliran air yang kotor

Karena aku manusia yang tak pernah mengenal – MU

Jika dulu aku meludahkan kata-kata kotor dihadapanmu

Maka kini aku belajar berdzikir mengingat kebesaranmu

Kusadari ……

Hidup yang kujalani selalu membosankan

Waktu yang kualami terlalu dibuat – buat

15 tahun yang kuhabiskan begitu percuma

Bebasnya pergaulan selalu membuat ku berkata “ Aku belum puas “

Dosa dan Dunia jadikan aku lupa akan akhirat

Aku lelah………

Aku lelah………

Aku lelah………

Ingin kutepis semua

Tapi pantaskah aku disana ,

Ditempat Tuhan tuk bersujud dan berlindung padanya

Kotor… kotor…

Aku lebih kotor dari sampah

Jika ada kesempatan tuk mengulang hidup

Kan kuabdikan diri ini dalam kuasamu , Tuhan !

Andai satu bulan ini menjadi bulan terakhir hidupku

Adakah sudi engkau menerima Taubatku...?

Berhari-hari aku aku merindukanmu

Berbulan lamanya memendam harapan bertemu denganmu

Marhaban Ya.. Ramadhan


Akulah manusia yang memuja dan mendewakan cinta

Dan Akulah yang juga diperbudak oleh cinta

Tak tahu dengan apa aku mengartikan sebuah keikhlasan dari cinta

Yang diketahui adalah bagaimana cinta itu mewarnai hidupku dengan tawa

Padahal Seharusnya semua itu tak melebihi cintaku pada-Mu

Aku yang tak memahami arti sebuah tangis

Dan tak faham akan arti sebuah pengorbanan

Aku juga yang tak yakin akan sebuah kepercayaan

Menjalani hidup tanpa tahu rencana masa depan

Mengukur kebahagiaan dengan keindahan hari ini

Padahal Seharusnya air mata ini haya kuteteskan pada-Mu

Dan Sekarang tibalah waktuku tuk kembali bersujud dihadapanmu

Kini saat yang tepat tuk mengakui dosa-dosaku


Tuhan … aku lelah !

Ingin kupergi tanpa satuhalpun yang membebani aku

Ingin ku berlari tanpa ada yang mengejarku

Ingin aku berjalan dengan langkah tenang tanpa satu tuntutan

Tuhan…

Kenapa ku jadi seperti ini ?

hanya dapat terdiam meratapi yang terjadi

Kegalauan yang indah

Kepiluan yang sebenarnya sama sekali tak pantas aku banggakan

kesendirian pula yang begitu mengoyak jiwa ini

badai itu datang tanpa permisi

beban ini menepuk punggungku secasa masal

dua pilihan yang begitu sulit bagi aku

dua pilihan pula yang pernah membuatku tertawa dan menangis

Kedua pilihan itu aku butuh dan membutuhkan aku

Tuhan…

Bagaimana mungkin ku memilih satu diantara keduanya ,

Jika satu pilihanku nanti akan menggoreskaan luka pada yang lainnya

Kebenaran ataukah kebohongan-kebohongan yang selama ini terus aku lakukan

Yang tak mau untuk kehilangan aku


Tuhan… kaulah yang lebih tahu daripada aku

kaulah yang jauh lebih faham yang terbaik untuk ku

Tuhan , aku tak akan menuntut apa apa untuk diriku !

Aku hanya ingin Sekali mengucap taubat padamu ,

Jika matahari dan bulan dapat seiring sejalan ,

Lantas mengapa aku harus berjuang sendiri

Tuhan…Awal semua ini adalah aku!

Bulan suci ini yang aku harap bisa meghapuskan dosa,

Tapi mengapa selanjutnya aku terus melakukan tindakan-tindakan bodoh

Kenapa aku harus mengulangi kesalahan yang sama


Tuhan…Jika kedatangannya adalah yang terahir

Aku ikhlas

Aku Rela

Tapi aku tak ingin ini jadi terakhir kalinya aku menyebut namamu

Terakhir kalinya aku bersujud di tempatmu

maka izinkan ku tuk merindumu dalam tulusnya hati ini

atau….Pabila tak bisa tuk nantikan kehadirannya

Apakah dengan kepergianku

bisa membuat mereka tahu betapa aku telah membohongi mereka

Dan maaf darinya akan terucap di akhir senja

Tuhan jika kepergian ini bisa mengetuk pintu hati mereka …

Maka ajarilah aku untuk dapat belajar menghargai waktuku

Yang terakhir ini


Diberikan oleh Tuhan hanya sekali

Maka jangan sia siakan jika tlah kau fahami

Ramadhan bulan yang suci

Diberikan Tuhan hanya sekali

Agar dapat kau isi dengan warna yang penuh arti

Ramadhan yang mungkin terakhir kali

Diberikan Tuhan hanya sekali

Sebagai bukti cinta NYA padamu

Ramadhan pengobat hati

Diberikan Tuhan hanya sekali

Agar dapat bersyukur atas nikmat NYA

Ramadhan yang penuh arti

Diberikan Tuhan hanya sekali

Dan yakinilah banyak kelebihan yang ada padanya dan tak lagi aku pungkiri


Wajah luguku tertutup puja dunia

Senyum tanpa dosa yang ada adalah selimut dusta

Diakah kawanku yang dulu mengiringiku

Yang kala itu tertawa dan menangis denganku

Bersama-sama mengukir

Sobat tanpa ukiran sajak nyata

Menggoreskan cerita dusta

Menyayat pilunya jiwa

Diakah Kawanku ?

Yang pergi saat dunia menjauh


Masih bisakah aku menangis?

Jika air mataku tlah kering !

Masih dapatkah aku mendengar?

Jika kesah jiwaku tak dapat kusuarakan!

Masih dapatkah aku tegar?

Jika bangkitnya aku selalu dijegal!

Masih dapatkah aku jadi lilin?

Jika aku sendiri yang nantinya akan hancur!

Masih bisakah aku mengrtikan mereka?

Jika mereka hanya menganggapku penghibur luka!

Tidak mengertikah mereka?

Bahwa aku juga ingin mereka tahu,

betapa berat beban diotakku!

Waktu mengajariku merenung , terdiam , dan berfikir

Air mata dan perbuatan hina tlah menghiasi 11 bulan yang lalu


Waktu mengajariku tegar , dan ikhlas menerima cobaan

Waktu mengajariku makna kehidupan

Maka waktu mengajariku untuk tidak menyia – nyiakannya

Tapi kenapa aku menyadarinya saat aku tak punya waktu

Jika kaulah pengisi waktu ini

Buatlah kutepis ragu dan tak menemui sesal

Andai sang waktu ingini aku hancur ,

Jangan berikan kesempatan itu untuk aku

Dan ajarilah aku tuk mengisi waktu dengan hal-hal berarti

Perjalanan senja ,

Ada yang singgah

Namun yang satu ini ,

Terbawa hingga kedada

Perjalanan fajar ketika mentari tak lagi bersinar

Aku terperangkap dalam bingkai yang enggan lepas


Tuhan ,

Mungkinkah tak kan pernah aku tahu

Sebab kecil yang selalu buatku menangis

Apa mungkin ini yang terakhir?

Ya Allah,

Dapatkah kumengerti,

Kenapa hanya dapat kulampiaskan dengan tangis ini

Bagai berkaca diair keruh

Tak kutahu yang mana bayanganku

Apa mungkin esok tak ada lagi?

Ya Allah

Begitu buruk kah aku dimatamu

Tak bisakah kuperbuat sesuatu yang dengannya akan menjadikan hamparan cerita tanpa ujung ini berakhir indah

Sementara aku ragu

Dan lantas mengapa orang yang mengenalku iri terhadapku

Apa mungkin di hari kemenangan nanti aku masih bisa tertawa

Bersama keluarga dan sanak Saudara

Ya Allah

Dimanakah dapat kutemui jawaban tangisku

Jika tlah kau titipkan aku pada mereka?

Kenapa tak secuil kekagumanpun kulihat dimatanya

Apa mungkin Kegalauan ini bertahan slamanya

Ya Allah

Apakah aku harus diam dan bungkam ?

Atau aku hanya dapat menunggu ?

Menanti penambal kegelisahan ini


Dan pabila nanti di penghujung bulan

Ketika takbir dikumandangkan

Waktu semuanya mengenakan pakaian terbaiknya

Saat tak ada lagi belenggu yang memasung mereka

Pantaskah aku menangis

Pantaskah aku bersedih

Ramadhan yang aku tunggu kini tlah berlalu

Ramadhan itu tlah pergi dan aku khawatir tak bertemu lagi

Padahal masih banyak kesalahan-kesalahan yang belum aku akui

Terlalu banyak kesombongan yang belum aku sadari

Dan begitu tamaknya aku akan dunia

Akan kesalahan yang membuatku bangga

Tentang jati diri yang tak peernah aku temui

Seandainya bulan penuh rachmat ini berlalu

Dan setelahnya aku masih saja begitu

Aku ingin disadarkan melalui mereka yang doanya engau dengarkan

Hingga tak ada lagi penyesalan andai ia tak lagi datang

Label: ,

posted by Little Moron @ 19.37  
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home
 
 
About Little Moron

Name:Little Moron
Home: Surabaya, East Java, Indonesia
About Me:
See my complete profile
My Blog data


Moron Scream

Free shoutbox @ ShoutMix
Where I should to go..



Supported By

Free Blogger Templates

BLOGGER

Blogskins

Other
The Promises Are Broken Again And The Scarr Remains